Sabtu, 20 Maret 2010

Mendeteksi Sejak Dini Gangguan Autisme

Autisme sendiri terbagai ke dalam tiga bagian, yaitu sangat ringan (mild), sedang (moderate), serta parah (severe). Ketiga kondisi ini kerap menyulitkan orang tua untuk menyadari seluruh keberadaannya.

Hans Asperger dan Leo Kanner adalah dua orang yang memelopori penelitian mengenai autisme. Dan seiring berjalannya waktu, banyak ilmuwan di dunia yang juga berusaha menemukan penyebab dari gangguan autisme itu sendiri.

Di Amerika, sejak tahun 1997 terdapat program yang dinamakan Autism Genetic Research Exchange yang mengumpulkan data genetis terbesar di Amerika untuk mempelajari Autisme. Dan selama ini, tujuan dari penelitian tersebut ini masih berada dalam usaha untuk mengidentifikasi anak-anak yang memiliki risiko Autisme.

Selain itu, Mel Rutherford, seorang profesor psikologi dari Faculty of Science, McMaster University juga melakukan penelitian terhadap anak yang mengalami gangguan perkembangan otak. Rutherford menggunakan Eye Tracker Technology yang dapat mengukur arah gerakan mata bayi untuk mendeteksi gejala-gejala autsime.

Sementara itu, Profesor Florence Levy dari UNSW, School of Psychiatry melakukan penelitian terhadap otak yang dinilai dapat memberikan penjelasan yang dapat membantu teori psikologis seperti Theory of Mind dalam mempelajari autisme. Semua penelitian ini diharapkan dapat membuat para dokter dan psikiater mampu mendeteksi kondisi-kondisi autisme pada tahap terdini.

Meski begitu, ada referensi baku yang digunakan secara umum dalam mengenali jenis-jenis gangguan perkembangan pada anak penderita autis, yang termasuk dalam ICD (International Classification of Diseases) revisi ke-10 tahun 1993, dan DSM (Diagnostic And Statistical Manual) Revisi IV tahun 1994 yang kedua isinya sama.

Namun secara khusus, autisme bisa diketahui jika ditemukan 6 atau lebih dari 12 gejala yang mengacu pada 3 bidang utama gangguan, yaitu Interaksi Sosial, Komunikasi, serta Perilaku.



Sumber: BOLEH.COM

Tidak ada komentar:

Posting Komentar