Sabtu, 20 Maret 2010

Autism: Simtom dan Penyebabnya

Diagnostic Statistical Manual IV (DSM-IV) mengelompokkan autistik kedalam Autism Spectrum Disorder (ASD). Individu dengan autistik mengalami gangguan kapasitas pemahaman sosial, yang biasanya diikuti dengan adanya kesulitan dalam berkomunikasi dan memroses informasi yang ditangkap oleh alat indera (Siegel, 2003). Hambatan ini menjadikan individu dengan autistik, menyandang simtom objektif, dimana simtom yang dialami hanya dapat diamati oleh orang lain saja (Tilton, 2004). Simtom objektif ini berbeda dengan penderita gangguan psikologis yang umumnya mengalami simtom subjektif dimana individu dapat mengalami dan merasakan hambatan yang dialami. Di Amerika Serikat anak autistik ini tidak disebut dengan penderita atau mengalami autistik tetapi mereka lazim disebut individu dengan autistik (pada anak disebut children with autism). Tiga simtom utama yang dapat dijadikan pedoman dalam mendiagnosis ASD ini adalah hambatan dalam hubungan sosial, komunikasi sosial, dan kemampuan berpikir imakinatif (Sicile-Kira, 2004).

Apakah penyebab autism masih belum diketahui dengan pasti. Pada awalnya, beberapa buku sempat mengemukakan pengasuhan ibu yang kurang hangat sebagai penyebab utama sehingga menyebabkan anak-anak autis ini menarik diri dan sibuk dengan dunianya sendiri (Stacey, 2003). Teori Refrigerator Mother yang dikembangkan oleh Bruno Bettelheim (dalam Jacobsen, 2004) mengemukakan bahwa autistik disebabkan oleh pengasuhan ibu yang kurang hangat. Teori ini sangat populer pada akhir tahun 50-an hingga pada akhirnya agak melemah gaungnya seiring dengan terbitnya buku Bernard Rimland pada tahun 1964 (dalam Ginanjar, 2007) yang memaparkan tentang adanya gangguan susunan saraf pusat pada anak-anak dengan autistik. Tiga lokasi yang diduga berbeda polanya dibandingkan dengan anak normal adalah sirkuit batang otak-serebrum, sistem limbik, dan sirkuit korteks serebri (Minshew, dalam Schopler & Mesibov, 1992). Kondisi inilah yang disinyalir berkaitan dengan gangguan pada perkembangan kognitif, bahasa, emosi, dan interaksi sosial.

Merespon tidak konsistennya hasil riset mengenai penyebab ASD ini, Peeters (2004) mengemukakan bahwa autistik merupakan gangguan dengan penyebab multifaktor, meliputi faktor genetik dan lingkungan. Salah satu penyebabnya adalah berbagai kondisi yang mempengaruhi dan mengganggu proses perkembangan otak, baik itu terjadi sebelum, selama maupun setelah bayi lahir.


Sumber: Neila Ramdhani
Retty Thiomina
Bambang Nur Prastowo
Sri Suning Kusumawardhani

Tidak ada komentar:

Posting Komentar